Jumat, 17 Januari 2014

SEJARAH DAN ADAT DOU MBOJO/BIMA



UNSUR-UNSUR PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL
(DOU MBOJO)

1.      Suku bangsa
Suku Bima  atau  Dou Mbojo adalah suku yang mendiami Kabupaten Bima dan Kota Bima dan telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Suku ini menggunakan Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo. Menurut sejarahnya-, suku Bima mempunyai 7 pemimpin di setiap daerah yang disebut Ncuhi. Pada masa pemberontakan di Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima, Bima, melarikan diri ke Bima melalui jalur selatan agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja Bima pertama. Namun Sang Bima langsung mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau kembali lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya untuk memerintah di Kerajaan Bima. Oleh karena itu, sebagian bahasa Jawa Kuna kadang-kadang masih digunakan sebagai bahasa halus di Bima.

2.      Agama
Masyarakat Biima memiliki kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang diakui akui oleh negara Indonesia sebagai berikut:
a.      Agama Islam
Pada masa sultan Baabullah(Ternate, 1570-1583), usaha penyiaran  Islam semakin ditingkatkan dan pada masa inilah, para Mubaliq dan pedagang Ternate meningkatkan kegiatan dakwah di Bima.  Hal itu terus berlanjut sesuai keterangan BO Istana, bahwa para Mubaliq dari Sulawesi Selatan  yang dikirim oleh Sultan Alauddin Gowa tiba di Sape pada tanggal 11 Jumadil Awal 1028 H bertepatan dengan tanggal 16 April 1618, tiga belas tahun setelah Raja Gowa dan Tallo memeluk Agama Islam, bahkan lima belas tahun setelah Raja Luwu memeluk Agama Islam.
Para mubaliq dari Tallo, Luwu, dan Bone tiba di Bima pada saat  situasi politik dan keamanan sangat tidak menguntungkan. Pada saat itu sedang terjadi konflik politik yang berkepanjangan, akibat tindakan dari Salisi salah seorang putera Raja Ma Wa’a Ndapa, yang berambisi untuk menjadi raja. Intrik dan rekayasa politik dijalankan oleh Salisi.  Ia membunuh keponakannya yaitu putera Raja Samara yang telah dilantik menjadi Putera Mahkota. Keponakannya itu dibakar hidup-hidup di padang rumput Wera, yang merupakan areal perburuan bagi raja dan keluarga Istana. Sehingga putera Mahkota itu dikenal dengan nama Ruma Mambora Di Mpori Wera. (Tuanku yang wafat di padang rumput Wera).
Suasana seperti itu tidaklah menyurutkan tekad dan semangat para mubaliq untuk menyiarkan islam di Bima. Mereka terus berupaya untuk menemui Putera Mahkota La Ka’I dalam pelariannya di dusun Kamina. Sebuah dusun di hutan belantara yang berada di puncak gunung La Mbitu di sebelah tenggara Bima.
Pada tanggal 15 Rabiul Awal 1030 H bertepatan dengan tanggal 7 Pebruari 1621 M, Putera Mahkota La Ka’I bersama pengikutnya mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan para mubaliq sebagai gurunya di Sape. Sejak itu, putera mahkota La Ka’I berganti nama menjadi Abdul Kahir. Pengikut La Ka’I Bumi Jara Mbojo bernganti nama menjadi Awaluddin, Manuru Bata putera Raja Dompu Ma Wa’a Tonggo Dese berganti nama menjadi Sirajuddin.
Pada tanggal 5 Juli 1640 M, Putera Mahkota Abdul Kahir dinobatkan menjadi Sultan Bima pertama setelah melewati perjuangan panjang merebut tahta kerajaan dari pamannya salisi. Hal itu  yang menandai beralihnya sistim pemerintahan dari kerajaan kepada kesultanan. Sejak saat itu, Islam bersinar terang di Bumi Bima dan masa –masa selanjutnya menjadi kesultanan tersohor di Nusantara Timur.(Sumber : Kebangkitan Islam Di Dana Mbojo M. Hilir Ismail,  Upacara Adat Hanta UA PUA  Alan Malingi).
b.      Agama Hindu
Masyarakat Bima penganut agama Hindu yaitu transmigrasi karna menjalankan tugas dan berdagang di bima sehingga sehigga penganut agama Hindu di Bima tergolong minoritas. Hal ini disebabkan masyarakat Bima pada zaman dahulu menyembah pohon-pohon dan batu besar yang ada di gunung tertentu. Selama ini keberadaan penganut agama hindu di Bima tidak ada karena tidak memiliki patung peninggalan seperti candi-candi yang ada di Jawa.
c.       Kristen
Masyarakat Bima penganut agama Kristen (Protestan/Katolik) sangat banyak di Kec. Donggo terutama di desa donggo kala yang terletak di puncak gunung Donggo. Masuknya agama Kristen sejak penjajahan kolonial Belanda (VOC). Menurut beberapa pendapat bahwa penduduk donggo adalah etnis tidak mau menganut agama islam dan suka memberontak sehingga mereka dipindahkan ke Gunung Donggo. Letak posisinya sebelah barat perbatasab Bima dangan Dompu.






d.      Konghucu
Konghucu merupakan agama penganut dari etnis Tiong Hoa (China), Penganut agama Konghucu di Bima hanya etnis Tiong Hoa (China) yang melakukan perdagangan di Bima baik menetap maupun sementara di Bima. Tempat tinggal etnis Tiong Hoa yang paling banyak di Terminal Dara (Kota Bima) bahkan mereka memiliki tempat Pemakaman Khusus orang Tiong Hoa.
e.       Agama Budha
Budha adalah agama tertua kedua di Indonesia. Tetapi di Bima penganut agama Budha kalau dilihat tidak ada karna berdasarkan sejarah bima kami belum mendengarnya.


3.      Kebudayaan
Pada setiap daerah memiliki adat kebudayaan masing-masing sehingga antara satu dengan lainnya memiliki Khas tersendiri agar mudah dikenal. Di Bima memiliki pandangan hidup yang unik antara lain seperti segi upacara adat, permainan, seni bela diri,seni musik dan adat bertamu.
a.      Upacara Adat
   Upacara adat ini yang meliputi acara pernikahan dan hajatan. Acara  nikah di Bima lumayan rumit dibandingkan di Lombok karna intinya kedua mempelai harus nikah sah di Kepala Urusan Agama (KAU) setempat. Adapun tahap-tahap upacara penikahan yang dilaksanakan di Bima antara lain:
Ø  Lao Lamba (Pemberitahuan)
Maksud Lao Lamba ini yaitu pemberitahuan bahwa ada yang mau melamar si gadis melalui amanah orang yang terpercaya kepada orang tua gadis tersebut maka dari orang tua harus kasih tahu anak gadisnya bahwa dia mau dilamar oleh si pemuda. Apakah ia menerimanya atau tidak.
Ø  Nuntu Co’i (Menanyakan Mahar)
Nuntu co’i ini merupakan salah yang terpenting dalam kegiatan pernikahan sebelum menikah. Pada kegiartan ini mempertemukan kedua keluarga mempelai untuk meakukan tawar menawar mahar dan sebagai saksi mahar tersebut.
Ø  Urus Sura ra Ro’o (Mengurus Surat Nikah)
Urus Sura ra Ro’o yaitu mengurus surat nikah di KUA Kecamatan. Disini harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti Umur mempelai laki minimal 19 tahun dan perempuan 18 tahun dan lupa lagi mempelai laki harus bisa membaca al-Qu’an. Dan akadkan disana semuanya dihadiri kedua keluarga mempelai sebagai saksi.
Ø  Mbaju (Sumbangan Masyarakat Berupa Sembako)
Mbaju merupakan bukti solidaritas orang Bima terhadap tetangganya dengan cara memberikan sumbangan berupa beras dan gabah lalu dicatat sebagai tabungan orang yang kasih sumbangan apabila ia ada hajatan atau musibah tetapi pengembalian tidak dipaksakan.
Ø  Mbolo Weki (Sumbangan Masyarakat berupa Uang)
Mbolo Weki sama dengan Mbaju, yang membedakannya yaitu barangnya.
Ø  Membentuk Panitia dan Tu’u baruga (Membangun tenda)
Membentuk panitia ini dimaksudkan agar acara resepsi berjalan dengan lancar. Tu’u baruga (membangun tenda) sebagai tempat resepsi pernikahan.





Ø  Nikah (Acara Resepsi)
Resepsi merupakan puncak dari kegiatan upacara adat yang bertujuan memberikan kabar bahwa kedua mempelai sudah menikah dengan sah sesuai agama dan aturan pemerintah (Disertai buku nikah).


b.      Adat pakaian sehari-hari
Ø  Rimpu
Rimpu, pakaian adat perempuan Suku Bima ini merupakan bukti besarnya pengaruh kebudayaan Islam di Bima. Dari segi bentuk, rimpu sering diidentikan dengan mukena, yaitu pakaian yang dikenakan perempuan muslim ketika melaksanakan shalat. Satu set Rimpu terdiri dari dua bagian, sebagai penutup kepala sampai perut dan penutup perut sampai kaki (seperti rok perempuan pada umumnya). Secara fungsi rimu dibagi menjadi dua jenis,rimpu cili dan rimpu colo. Rimpu cili khusus untuk perempuan Bima yang belum menikah, bentuknya seperti mukena dengan bahan sarung tenun khas Bima, hanya saja pada bagian atas rimpu cili, yang terbuka adalah sepasang mata pemakainya saja. Sedangkan rimpu colo, digunakan oleh kaum ibu yang sudah menikah. Rimpu colo menutup seluruh bagian tubuh kecuali wajah pemakainya



Ø  Sambolo
Sambolo merupakan ikat kepala yang terbuat dari kain tenun, motifnya yang serupa sarung songket (songke), membuat sambolo kerap kali disebut sambolo songke.  Cara memakainya yaitu menjalin masing-masing ujung sehingga melingkari kepala dalam keadaan tertutup. Selain itu, kaum lelaki mengenakan sejenis kemeja berlengan dan berkerah pendek. Pada bagian bawah, lelaki bima menganakan sarung songket yang disebut tembe me’e. Dan mengenakan ikat pinggang yang disebut salepe. Bentuk salepe tidak berbeda dengan selendang, pemakaiannya hanya dililitkan melingkar di pinggang.

c.       Seni Musik
MmusMusik ini banyak gemari oleh orang Bima dan menjadikan Khas Bima yaitu Gambo (gambus), Biola (Biola), Rebana (kasida), Genda (gendang), Sarune (Seruling), Lonceng dll. Alat musik tersebut merupakan alat musik yang sama seperti di daerah lain tapi yang membedakannya irama musiknya khas sekali dari BIMA.


d.      Seni Bela Diri
Pada seni bela di Bima yaitu Gantao (Silat) dan Buja Kadanda (Seni Senjata tombak). Gantao merupakan silat yang diiringi dengan musik gendang, seruling  saat turnamen agar acara seru dan menggairahkan pemainnya. Sedangkan Buja Kadanda merupakan seni bela diri menggunakan tombak beserta tamengnya dan diiringi musik saat bertanding turnamen.
e.       Tarian
Tarian adat Bima yang biasa ditampilkan yaitu pasapu monca, bongi monca, dll. Masih banyak lagi tarian yang diciptakan oleh sultan bima dulu yang bertujuan untuk menghibur raja dan sambutan tamu raja.
4.      Bahasa
Penggunaan bahsa didaerah Bima terdiri dari: Bahasa Bima (Nggahi Mbojo), Bahasa Donggo (Dou Donggo), Bahasa Sambori (Dou La Mbitu) dan Bahasa Kolo (Dou Kolo). Meskipun banyak perbedaan bahasa di Bima tetapi mereka sangat paham dengan Bahasa Bima (Nggahi Mbojo). Bahasa Bima digunakan oleh dou Mbojo (Bima/Dompu).

 

Kamis, 16 Januari 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK-PPN BIMA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Indonesia sebenarnya merupakan tempat yang potensial untuk pengembangan  usaha sapi baik sapi perah maupun sapi pedaging terutama sapi Bali, sapi Bull dan Sapi Peranakan Fries Hollan(PFH). Ditinjau dari beberapa faktor yang mendukung antara lain terutama sapi Bali mampu menghasilkan Berat Badan rata-rata 450 kg, Sapi Bull mampu menghasilkan Bobot Badan rata-rata 750 kg sedangkan Sapi PFH mampu menghasilkan susu rata-rata 3.000 liter/laktasi untuk di Indonesia, pakan yang mencukupi, lingkungan iklim, sosial dan peluang pasar.
     Usaha penggemukan dan  perah mendatangkan keuntungan yang sangat banyak baik produk  utama (susu dan daging) dan produk sampingan yang meliputi kulit, tulang, darah, tanduk dan isi rongga perut bahkan limbah peternakan (kotoran) dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biogas dan pupuk kandang. Besar keuntungan ini tergantung  pada pertambahaan bobot badan dan produksi air susu yang dicapai dalam proses pemeliharaan, Lama pemeliharaan dan harga daging dan susu pada saat penjualan. Maka terdapat berbagai pertimbangan yang harus dilakukan dalam memulai usaha pemiliharaan sapi, yakni feeding, breeding dan manajemen.
     Pemeliharaan ternak  sapi pada Balai Inseminasi Buatan (BIB) Banyumulek adalah salah satu bentuk usaha penggemukan dan yang dilakukan secara intensif dengan manajemen pemberian secara rest yang diberikan pada pagi, siang dan sore hari dengn pakan yang berbeda-beda yaitu rumput dan konsentrat.
     Oleh karena itu melalui kegiatan PRAKERIN ini saya ingin mengetahui cara atau manajemen pemeliharaan sapi perah untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta keterampilan saya sebagai siswa.


B.       Tujuan PRAKERIN

a.         Menetapkan dan mengembangkan belajar siswa di unit usaha yang bergerak di bidang bisnis dan agro industri.
b.        Melatih siswa untuk menghayati kehidupan masyarakat khusus di agrobisnis dan agroindustri guna menanamkan jiwa wirausaha.
c.         Melatih siswa menyesuaikan diri berkomunukasi dengan petani dan peternak agar dapat jadi mitra usaha yang dapat menyebarluaskan teknologi pertanian.
d.        Membina kerjasama SPP dengan lembaga sentral pembangunan petani bagi masyarakat dan lingkungannya.

C.      Manfaat PRAKERIN

a.    Bagi siswa
Ø  Belajar berwirausaha.
Ø  Menerapkan keterampilan dan pengetahuan selama di bangku sekolah.
Ø  Mengurangi pengangguran.
b.      Bagi sekolah
Ø  Menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan dipakai.

D.      Alasan Pemilihan Judul
Memelihara sapi (Sapi Bali, Sapi Perah dan Sapi Bull) sangat menguntungkan karena tidak hanya meghasilkan susu dan daging, tetapi juga menghasilkan limbah peternakan sebagai pupuk kandang. Kotoran sapi jug mempunyai nilai ekonomis,karena itu pupuk organik sebagai sumber unsur hara  yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Selain itu pemerintah telah mengembangkan berbagai usaha untuk Sapi Bali sebagai ternak potong yaitu menetapkan daerah-daerah bibit sapi Bali, salah satu derah tempat pengembangannya adalah pulau sumbawa dalam BSS (BumiSejuta Sapi) untuk mendukung program swasembada (PSDS) 2014.
Oleh karena itu dalam PKU ini saya mengangkat judul mengenai manajemen pemeliharaan sapi (Sapi Bali,Sapi Perah dan Sapi Bull) agar para siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memiliki pengetahuan yang cukup sehingga mempunyai bekal yang cukup untuk melanjutkan yang telah dicanangkan baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.


BAB II
PERSIAPAN

2.1 Rencana Kegiatan
     Rencana kegiatan mulai disusun sejak hari pertama tiba di lokasi PRAKERIN pada tanggal 06 Februari 2013 sampai 02 Mei 2013. Setelah melakukan observasi dan diskusi dengan Pembimbing Intern dan Pembimbing Ekstern maka barulah saya menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama Praktek Kerja Industri berlangsung.
 Adapun kegiatan pokok pada Manajemen Pemeliharaan Sapi yaitu:
1.    Menyiapkan kandang
2.    Pemilihan bibit sapi (Sapi Bali, Sapi Perah, Sapi Bull)
3.    Pembeian pakan dan minum
4.    Pemerahan sapi
5.    Perawatan ternak
6.    Penceggahan dan pengobatan penyakit
7.    Pemasaran hasil
     Adapun kegiatan PRAKERIN di lokasi BIB Banyumulek sebagai berikut:
1.    Melakukan Pelaksanaan Inseminasi Buatan
2.    Melakukan sampel darah sapi
3.    Pengobatan sapi bali dan pemberian vitanin B kompleks
4.    Pemeliharaan sapi bali
5.    Penyiraman HMT
6.    Mengamati orang yang mengambil semen sapi
          Adapun kegiatan IPM (Integritas Partisipasi Masyarakat) antara lain:
1.    Gotong royong membersihkan lingkungan setiap minggu

2.1  Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal yang kami susun selama PRAKERIN berlangsung sebagai berikut:
Table 2. Jadwal Kegiatan
No.
Jenis Kegiatan
Waktu
Ket
1.








2.
3.

4.
5.
6


7.

8.
·    Membersihkan kandang dan lingkungan kandang.
·    Memandikan ternak.
·    Pemberian konsentrat.
·    Pemberian pakan
·    Pemberian air minum.
·    Pemerahan.
·    Membungkus susu.

Penyiraman HMT
Mengamati orang yang mengambil semen pada Sapi Bali, Brangus dan Simental.
Penanaman HMT
Pemberian obat cacing
Mengamati orang yang memberikan vitamin kepada sapi.
Melakukan Inseminasi Buatan pada sapi bali.
Menimbang
Setiap hari

Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari

2 kali seminggu
15-02-2013

18-02-2013
04-03-2013
04-02-2013


05-04-2013



Pagi-Sore










2.2  Potensi Wilayah

Lokasi kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yaitu bertempat di Desa Banyumulek Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat, yang memiliki potensi wilayah yang cukup baik dengan luas wilayah ± 30 Ha.
Dilihat dari topografi dengan letak daratan rendah sekitar ± 100 m. dari perkantoran dengan sebagian besar dikelilingi oleh sawah, dekat dengan sumber mata air atau sungai. Letaknyapun cukup jauh dari perkampungan yaitu ± 150 m. dengan lahan HMT yang masih luas dengan beranekagam rerumputan dan jenis ternak yang dipelihara antara lain: ternak unggas, ternak kecil maupun ternak besar. Disamping itu pula terdapat Rumah Potong Hewan (RPH) yang sangat memadai.



BAB III
PELAKSANAAN USAHA


3.1   Waktu dan Lokasi
Praktek Kerja Industri ini dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2013 sampai 4 Mei 2013 di Balai Inseminasi Buatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pov.NTB  di Desa Banyumulek Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.
3.2  Kegiatan-kegiatan
Selama kegiatan praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ada beberapa kegiatan yang dikerjakan pada pemeliharaan sapi perah yang meliputi : Breeing, Feeding dan manajemen. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya:
3.2.1  Teknis produksi
1. Perkandangan
        Kandang yang kami gunakan dalam usaha pemeliharaan sapi perah adalah kandang tipe ganda, dengan kontruksi bangunan dan pemilihan lokasi memenuhi syarat kandang yaitu sebagai berikut:
a.       Jauh dari pemukiman
b.      Menghadap datangnya sinar matahri
c.       Bahan kandang mudah didapat
d.      Berada di tempat yang tinggi sehingga air tidak tergenang pada musim hujan
e.       Dekat dengan sarana transportasi
f.       Dekat dengan sumber air
2. Pemilihan bibit sapi
               Pemilihan bibit (breeding) sangat mempengaruhi keberhasilan usaha. Itulah sebabnya peternakan selalu memperhatikan ciri-ciri atau bentuk luar sapi perah dan pedaging yang baik sebagai berikut:
a.  Umur pemeliharaan sapi perah yang baik 3,5 tahun atau telah melahirkan anak pertama dan sapi pedaging berumur 1,5 tahun diketahui perubahan gigi seri.
b. Bentuk badan sapi perah seperti gergaji (kecil depan dan besar belakang) dan sapi pedaging berbentuk simetris dan
c.  Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang dapat menampung jumlah pakan yang banyak
d. Kaki besar, lurus, pendek dan kokoh
e.  Pada sapi perah ambing besar dan tidak terlalu kurus sedangkan sapi pedaging paha sampai pergelangan kaki penuh berisi daging, dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
f.Bulu mengkilap dan mata bersinar
3. Pemberian pakan dan minum
a.       Pemberian pakan
            Dalam manajemen usaha pemeliharaan sapi , faktor utama yang palinrg berpengaruh ialah pakan atau (feeding), maka komposisi dari pakan harus diperhatikan. Pemberian pakan yang sangat mungkin diberikan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal adalah sebagai berikut:
Ø  Hijauan, jumlah pemberian hijauan sebanyak 10% dari berat badan dengan pemberian sebanyak 3 kali. Hijauan yang biasa di pakai adalah rumput gajah.
Ø  Konsentrat, merupakan bahan yang telah tersusun sebagai pakan penguat. Pemberian konsentrat sebanyak 2-3 % dari berat badan.
b.      Pemberian air minum
            Pemberian air minum secara adlibitum  (tanpa batas) sangat diperlukan untuk memperlancar proses metabolisme dan pencernaan sapi. Kebutuhan air bagi hewan ternak tergantung pada berbagai faktor: kondisi alam, bangsa sapi, umur, dan jenis pakan yang di sajikan.
4. Pemerahan susu sapi
          Pemerahan susu sapi PFH dilakukan dua kali dalam sehari pada pukul 07.00 dan 15.00 WITA setelah melakukan sanitasi kandang secara manual.
a.      Syarat-syarat pemerahan
Untuk mendapatkan air susu yang bersih dan sehat, maka harus memperhatikan syarat-syarat sebelum pemerahan dan pada saat melakukan pemerahan. Sebelum melakukan pemerahan ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

Ø  Menenangkan sapi.
Menenangkan sapi ini sangatlah penting karena adanya perlakuan yang kasar atau kegaduhan disekitarnya akan menyebabkan stress pada sapi, sehingga pada akhirnya air susu yang dihasilkan menjadi sedikit.
Ø  Membersihkan kandang
Ada beberapa yang harus dibersihkan dalam membersihkan kandang yaitu: peralatan kandang, kotoran ternak maupun sisa makanan yang berbau harus dibersihkan terlebihdahulu, hal ini dikarenakan air susu mudah menyerap bau sehingga kualitas air susu menurun.
Ø  Memandikan sapi
Memandikan sapi atau membersihkan bagian tubuh sapi harus juga diperhatikan. Bagian badan sapi didaerah lipatan paha sampai bagian belakang tubuhnya dicuci untuk mencegah kotoran yang melekat pada badan sehingga nanti kotoran yang melekat tadi akan jatuh kedalam air susu pada saat pemerahan berlangsung.
Ø  Menyikat ekor dan mencuci ambing
Kebiasaan sapi mengibas-ngibas ekornya, sementara ekor pada umumnya melekat debu atau kotoran, oleh karena itu sebaiknya ujung ekor sapi diikat dengan tali pada salah satu kaki belakang. Selain itu ambing sapinjuga harus dicuci bersih, dengan tujuan untuk menjaga kebersihan air susu, selain itu pula untuk merangsang atau menggertak keluarnya air susu. Setelah itu diolesi vaselin sebagai pelicin dan untuk menghindari luka pada puting susu pada saat pemerahan.
Ø  Pemberian konsentrat
Jumlah pemberian konsentrat yaitu 2 Kg/ekor/hari sebelum melakukan pemerahan berlangsung dan pada saat pemerahan baru diberikan menjaga kestabilan air susu selama masa laktasi.

b.      Cara pemerahan
Secara umum pemerahan cukup dilakukan 2 kali sehari. Tetapi kami lakukan hanya satu kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari saja.
Ada 2 cara pemerahan, diantaranya:
Ø  Secara manual
Pemerahan secara manual ini dibagi lagi menjadi 3 cara, yaitu:
·         Stripping. Pemerahan dengan cara stripping yaitu pemerahan dengan cara memegang puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ditekan sambil tarik kebawah sehingga air susu mengalir keluar.
·         Knevelen. Cara pemerahan ini yaitu pemerahan dengan cara melipat ibu jari kemudian puting susu ditekan satu persatu oleh jari lainnya sambil menarik kebawah.
·         Whol hand. Yaitu pemerahan dengan cara menjepit putting  susu antara ibu jari dengan keempat jari yang lain sambil menarik kebawah.


Ø  Dengan menggunakan mesin (Flaco)
Pemerahan ini merupakan pemerahan yang dilakukan dengan memasang facum flaco ke putting sapi dengan tujuan untuk menyedot air susu.

5.      Menimbang bobot badan

     Penimbangan bobot badan sapi (sapi bali, sapi perah dan sapi bull) setiap satu kali sebulan yaitu setiap tanggal 12 pada pukul 07.00 atau sebelum ternak diberikan pakan. Maksud penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah pertambahan bert badan harian (ADG) sapi yang pelihara atau digemukan.
     Adapun manfaat dari melakukan penimbangan berat badan ternak antara lain : memudahkn menyajikan pakan dan obat-obatan sesuai dengan dosis, bisa mengetahui laju pertumbuhan sapi dan menentu harga (Sarwono, 1986).
     Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital yang ditempatkan di dalam kandang jepit untuk memudahkan dalam penimbngan. Dari hasil penimbangan yang dilakukan setiap bulan, diperoleh rata-rata pertambahan bobot harian (ADG) sapi pedaging adalah 0,66 kg.

6.      Pencegahan dan pengobatan penyakit.

                        Pencegahan penyakit dilakukan dengan memandikan ternak, sanitasi kandang dan lingkungan kandang. Sedangkan pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan Pipezonetablet sebagai obat cacing dan teramicyn yang bersprectrum luas untuk membunuh bakteri dalam tubuh sapi. (BPTP-NTB, 2001)
3.2.2  Pengolahan hasil
Dalam penangan hasil panen ini dilakukan dengan cara pembungkusan susu segar langsung ke konsumen/pembeli.
3.2.3 Pemasaran
            Pemasaran hasil yang kami lakukan seperti yang tertera pada gambar dibawah ini:
a.       Rantai pemasaran sapi bali dan sapi bull

Rantai pemasaran yaitu struktur penjualan hasil peternakan sampai ke konsumen. Adapun rantai pemasaran pada usaha penggemukan dan perah di BIB Banyumulek yaitu PETERNAKAN => PEDAGANG PENGUMPUL => PEDAGANG PENGECER => KONSUMEN.



b.      Rantai pemasaran AIR SUSU sapi perah    
      Adapun rantai pemasaran air susu sapi perah di BIB Banyumulek adalah 
      PETERNAK => KONSUME
 
     
                   
3.3  Analisa Usaha

Setiap usaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan, termasuk usaha peternakan sapi perah. Untuk mengetahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau mengalami kerugian, maka perlu dilakukan yang namanya analisa usaha.

3.3.1        Input

a.      Variabel (Biaya tidak tetap)
Tabel 2. Input variael
No
Input Varibel
Volume
Harga @ (Rp)
Urain
Jumlah
1.
Pakan





   Hijauan(Sapi Perah)
40 kg/ekor/hr
Rp 250
40×2×300 hr
6000000

   Konsentran (Sapi Perah)
2 kg/ekor/hr
Rp 4.500
2x2x300 hr
5400000

Hijauan (Sapi bali)
30 kg/ekor/hr
Rp 250
30x3x120 hr
2700000

Konsentrat(Sapi Bali)
2 kg/ekor/hr
Rp 4.500
2x3x120 hr
3240000
2.
Tenaga Kerja
3 org
Rp 300.000/bln
3x300 rbx10 bln
9.000.000
3.
Obat-obatan





  Ca boroglukonas
2 btl
Rp 65.000

130.000

   Ponstrep
1 btl
Rp 5.500

5.500
4.
Listrik
10 bln
Rp100.000

1.000.000
5.
Lain-lain



150.000 
6.
Bunga modal
15%


33.225
JUMLAH TOTAL INPUT VARIABEL
27.658.725
Keterangan: jumlah sapi yang berproduksi adalah 2 ekor

b.      Biaya Tetap
Ø  Biaya Penyusutan Kandang
Adapun kandang yang dibangun adalah kandang double stall permanen dengan luas kandag 15×7 m. biaya pembangunan kandang adalah sebagai berikut:
Nilai baru (NB)           = Rp. 40.000.000
Nilai sisa (NS)             = Rp. 5.000.000
JUE                             = 10 Tahun
Penyusutan                  = NB – NS
                                          JUE
                                    = Rp 40.000.000 – Rp 5.000.000
                                                          10
                                    = Rp 35.000.000
                                                10
                                    = Rp 3.500.000/tahun

Ø  Biaya Peralatan Kandang
No.
Uraian
Jumlah
(buah)
Harga @
(Rp)
Sub total
JUE
Nilai Penyusutan
1
Sekop
2
50.000
100.000
24 bln
4.167
2
Ember
10
25.000
50.000
-
250.000
3
Sapu lidi
4
3.000
12.000
-
12.000
4
Cangkul
1
60.000
60.000
24 bln
2.500
5
Tali
5 kg
70.000
350.000
-
350.000
6
Parang
1
50.000
50.000
12 bln
4.167
7
Arco
1
350.500
350.500
36 bln
9.736
8
Selang
15 m
52.500
787.500
24 bln
32.813
Jumlah
665.382


Jadi Total Input:
a.       Total Input Variabel     = Rp 27.658.725
b.      Total Input tetap           =PenyusutanKandang +Peralatan
=  Rp 3.500.000+ Rp 665.382
= Rp 4.830.764



Total input                     = T.input variabel + T.input tetap
= Rp 27.658.725 + Rp 4.830.764
= Rp 32.489.489



3.3.2        Output

Ø  Jumlah produksi air susu 460 liter/bulan.
Ø  Harga susu Rp 8.000/liter
a.      Output Utama           
Ø  Jumlah Produksi air susu= 460 liter × Rp 8.000
                            = Rp 3.680.000 × 10 bulan
                            = Rp 36.800.000
Ø  Penjualan Sapi Bali       = 3 ekor × 8.000.000
= Rp 24.000.000
Ø  Total Output Utama      = Harga susu + Harga sapi bali
= Rp 36.800.000 + Rp 24.000.000
=Rp 60.800.000

b.      Output Sampingan
Ø  jumlah kotoran           =24  karung @ Rp. 5.000/Karung
   = 24 × Rp 5.000×10 bulan
= Rp 1.200.000
Total Output             = Output Utama + Output Sampingan
= Rp 60.800.000+ Rp 1.200.000
=  Rp 62.000.000

3.3.3        Income (Pendapatan)
Ø  Pendapatan Kotor = Total Output – Input Tidak Tetap
= Rp 62.000.000 – Rp 27.658.725
= Rp 34.341.275
Ø  Pedapatan Bersih   = Pendapatan kotor – Biaya Tetap
=  Rp 34.341.275 – Rp 4.830.764.
= Rp 29.510.511

Ø  Pendapatan Perbulan= Pendapatan bersih / 10 bulan
                                      = Rp 29.510.511 / 10
                                      = Rp 2.951.051,1
3.3.4        O/I Ratio
O/I  Ratio adalah neraca untuk mengetahui titik impas suatu usaha.
         O/I Ratio                    = Total Output/Total Input
= Rp 62.000.000 / Rp 32.489.489
= 1,90

Arti O/I Ratio= 1,90 adalah setiap penambahan input variabel Rp. 1 maka kenaikan outputnya Rp 1,90 dan jika O/I Rationya >1 maka dikatakan Untung


3.4  Hasil Kerja Pengalaman Lain

                        Selain kegiatan pokok yaitu usaha pemeliharaan sapi perah, ada beberapa kegiatan penunjang lainnya atau yang lebih dikenal dengan kerja pengalaman lainnya. Kerja pengalaman lain yang kami lakukan adalah :
3.4.1        Unit Bull ( Pejantan Unggul)
Ø  Penampungan Semen
Ø  Mengisi kotoran ternak ke penampungan ( Degester) untuk dijadikan Bio Ga

3.4.2        Unit Jica
Ø Penimbangan BB (berat badan) Ternak
3.4.3        Copper ( Mesin Pemotong Rumput)
Ø Pembuatan Silase
Ø Penanaman hijauan makanan ternak dalam kegiatan diawali  dengan kegitan pengolahan lahan menggunakan traktor tangan (Hand Traktor), Kemudian penanaman yang berbentuk Pols  (Sobekan Anakan) Yaitu, Paspalum, Atratum, Panicum, Maximum.

3.4.4        Unit Perah
Ø Pemberia multi vitamin yaitu vitamin B12

3.5   Integrasi Partisipasi Masyarakat

Sebagai bentuk partisipasi kami kepada masyarakat, kami hanya melakukan gotong royong setiap minggu selama PRAKERIN  berlangsung



BAB IV
                  MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A.    MASALAH

Ada beberapa masalah yang dihadapi pada kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) antara lain:
1.      Kekurangan pakan
Penyebab kekurangan pakan ini dikarenakan adanya kebakaran lahan HMT
2.      Kehabisan Konsentrat
Konsentrat habis karena kurangnya persediaan stok pakan untuk unit sapi perah.

B.     PEMECAHAN MASALAH

Dari sekian masalah yang dihadapi, kami bersama pegawai-pegawai unit sapi perah memecahkan masalah tersebut dengan cara:
1.      Dengan cara membeli pakan diluar untuk pakan sapi.
2.      Untuk kekurangan konsentrat, cara kami memecahkan masalah yaitu dengan cara memberikan dedak sebagai pengganti konsentrat.






BAB V
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA

Prospek pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih tetap terbuka lebar dalam waktu yang cukup lama. Hal ini permintaan susu segar dari tahun ketahun menunjukan peningkatan. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran masyarakat akan gizi. Selain itu, dengan semakin bertambahnya penduduk berarti semakin bertambah pula yang mengkonsumsi air susu segar. Pada saat ini sapi perah mendapat sorotan karena ketersediaannya belum mampu menutupi permintaan pasar, terutama pasar dalam negeri.
Dalam kondisi seperti ini kesempatan untuk memelihara sapi perah sebagai penghasil air susu segar, khususnya di propinsi Nusa Tenggara Barat sangat terbuka. Dalam segi pemasaran masih terbuka luas. Selain untuk konsumsi dalam bentuk air susu segar juga terdapat pabrik-pabrik yang mengolah air susu segar untuk bahan baku susu kaleng atau susu tepung/bubuk. Dengan demikian, usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang sangat menjanjikan untuk pengembangan di masa mendatang.







BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Beberapa hasil pengamatan dilapangan selama kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.        Rata-rata produksi air susu berkisar antara 4-5 liter/ekor/hari, sehingga perbulannya air susu yang dihasilkan rata-rata 140 liter/ekor/bulan dengan jumlah sapi yang memproduksi air susu sebanyak 2 ekor.
2.        Keuntungan bersih dalam satu periode Laktasi Rp 36.800.000 dengan  harga Rp 8.000/liter, dan Keuntumgan Penjualan Sapi Bali selama pemeliharaan 4 bulan Rp 24.000.000 sehingga keuntungan bersih dalam manajemen usaha sapi (sapi bali, sapi PFH dan sapi bull ) adalah        Rp 29.510.511

B.     Saran

1.    Untuk Petani/Peternak
Untuk meningkatkan produksi air susu, diharapkan kepada peternak untuk memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi produksi air susu, yaitu: faktor makanan, kesehatan, dan tatalaksana pemeliharaan, selain itu adanya kegiatan perencanaan yang baik, pengawasaan dan penguasaan system pemasaran akan mempermudah dalam pengembangan kegiatan usaha ini.
2.      Untuk Sekolah
Ø  Diharapkan kepada pihak sekolah agar tetap membina hubungan kerja dengan baik terhadap Instansi/Industri yang terkait.
Ø  Lokasi waktu pelaksanaan praktek kerja usaha yang cukup, sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.